SKRIPSI
Pengaruh Pemberian Fraksi Etil Asetat Kulit Jeruk Kasturi Citrus japonica Thunb Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih Rattus norvegicus Jantan
Kulit merupakan salah satu bagian terpenting dari tubuh manusia yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas, dingin, kuman dan bakteri. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia (Wasitaatmadja, 1997). Menurut Kusantati (2008) kulit dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu: kulit normal, kombinasi, berminyak, kering, dan sensitif. Produksi minyak berlebih pada kulit mengakibatkan kotoran dan debu mudah menempel kemudian menutupi pori-pori dan menimbulkan komedo juga jerawat yang disebabkan oleh bakteri atau jamur Jerawat adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai peradangan yang bermuara pada saluran kelenjar minyak kulit. Sekresi minyak kulit menjadi tersumbat, membesar dan akhirnya mengering menjadi jerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013). Jerawat dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hormonal, makanan, kosmetik, dan infeksi bakteri. Faktor hormonal dipicu sekresi kelenjar sebaseus yang hiperaktif dan dipacu oleh pembentukan hormon testoteron (androgen) yang berlebih, sehingga pada usia pubertas akan banyak timbul jerawat pada wajah, dada, punggung, sedangkan pada wanita selain hormon androgen, produksi lipid dari kelenjar sebaseus dipacu oleh hormon luteinizing yang meningkat saat menjelang menstruasi (Mitsui,1997). Pengobatan yang lazim digunakan untuk mengobati jerawat adalah dengan menggunakan antibiotik. Akan tetapi obat-obat tersebut memiliki efek samping antara lain dapat menyebabkan iritasi dan resistensi antibiotik. Oleh karena itu, para pakar medis mengembangkan formulasi pengobatan jerawat dengan memanfaatkan bahan-bahan alami salah satunya adalah minyak atsiri (Widyastuti dan Farizal,2014). Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dengan konsentrasi tinggi adalah daun nilam. Minyak nilam atau yang dikenal dengan Patchouli oil dalam industri farmasi telah banyak digunakan untuk sediaan kosmetik, parfum, sabun dan sediaan topikal farmasi lainny (Nuryani, 2006). Tanaman ini mengandung komponen utama patchouli alcohol (PA), yaitu suatu senyawa kelompok seskuiterpen dengan rumus molekul C15H26O. Kadar PA yang tinggi dalam minyak nilam memberikan arti bahwa akan semakin baik kualitas minyak tersebut (Chevallier,2001). Patchouli alcohol berfungsi sebagai bahan pengikat wewangian agar aromanya bertahan lebih lama. Tanaman ini telah lama digunakan secara umum pada obat-obatan tradisional Asia, terutama China, India, dan Arab yaitu berkhasiat sebagai aprodisiak (obat kuat), antistress, dan antiseptik, meringankan sakit kepala dan demam. Sedangkan minyaknya digunakan sebagai aroma terapi, minyak wangi, merawat kulit dengan memperlancar regenerasi kulit, menghilangkan bekas eksim dan jerawat serta serangga (Chevallier, 2001). Selain itu, menurut Corrine (2004) minyak nilam juga digunakan sebagai bahan campuran produk kosmetik (seperti untuk pembuatan sabun, pasta gigi, shampoo, lotion, dan deodorant), kebutuhan industri makanan (diantaranya untuk essence atau penambah rasa), kebutuhan aroma terapi, dan pengawetan barang, serta berbagai kebutuhan industrilainnya.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widowati (2019) bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri minyak nilam yang berasal dari Jambi (J) dan Aceh (A) terhadap beberapa bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus ATCC 6539 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027. Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan bakteri, didapatkan hasil rerata diameter zona hambat S. aureus didapatkan hasil pada minyak nilam ?J? (24,55 mm) dan minyak nilam ?A? (20,22 mm). Pada P. aeruginosa didapatkan hasil berupa zona hambat pada minyak nilam ?J? (21,58 mm) dan minyak nilam ?A? (18,77 mm) Pada penelitian aktivitas minyak nilam yang dilakukan oleh Hidayah, dkk (2018), sediaan gel minyak nilam yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu 2,5%, 5% dan 10% serta menggunakan basis gel sebagai control negative, didapatkan hasil pengukuran diameter zona hambatan sediaan gel minyak nilam (Pogostemon Calbin Benth) terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus, selama 1x24 jam pengukuran zona hambatan secara vertical dan horizontal berturut-turut 21 mm, 23.87 mm, 25.87 mm dan 0 untuk kontrolnegatif. Berdasarkan penelitian Nurjanah, dkk 2009 bahwa aktivitas antibakteri minyak nilam tersebut disebabkan oleh kandungan PA (Patchouli Alcohol) pada minyak nilam. Dimana perlakuan yang diberikan adalah fraksi minyak hasil fraksinasi dengan beberapa tingkatan kadar PA (fraksi 2 dengan kadar PA 25,62%, fraksi7 dengan kadar PA 34,65%, dan fraksi 8 dengan kadar PA 54,49%) danbakteriyangdiujikandalampenelitianiniadalahPropionibacteriumacnes. Dari pengujian di dapatkan diameter hambat bakteri pada fraksi 2 yaitu 6,48?0,81 mm; fraksi 7 8,42?0,61 mm dan fraksi 8 23,02?0,84 mm.Kandungan kimia minyak Nilam yaitu patchouli alcohol merupakan kandungan yang memiliki peran utama dalam aktivitas antibakteri. Minyak Nilam jika digunakan secara langsung kekulit wajah akan menyebabkan ketidaknyaman bagi pengguna seperti kulit menjadi lebih berminyak dan memudahkan kotoran dan debu untuk ikut menempel pada wajah, sehingga diperlukan suatu bentuk sediaan untuk kemudahan dalam aplikasinya, efektif untuk mengangkat kotoran yang menempel pada permukaan kulit dan memberikan kenyamanan saat digunakan maka diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun cair. Bentuk sediaan sabun wajah cair sering digunakan sebagai alternatif antijerawat karena telah dikenal masyarakat luas dan lebih praktis penggunaannya dan ekonomis (Suryana, 2013), serta menghasilkan busa yang lembut untuk penggunaan pada wajah (Febriyenti dan Nofira, 2014).Menurut Tranggono (2007) yang dimaksud dengan sabun adalah produk campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat. Jenis sabun wajah yang umum beredar di masyarakat berwujud padat dan cair. Kebanyakan konsumen saat ini lebih tertarik pada sabun wajah berbentuk cair dibandingkan dengan sabun wajah padat. Sabun wajah cair efektif untuk mengangkat kotoran yang menempel pada pemukaan kulit baik yang larut air maupun larut lemak. Sabun cair merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang terbuat dari bahan sabun dengan penambahan bahan-bahan yang diinginkan (SNI, 1996).Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk memformulasikan minyak nilam dalam bentuk sediaan sabun wajah cair. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memformulasi minyak nilam dalam bentuk sediaan sabun wajah dan mengevaluasi sifat fisik dari sediaan tersebut serta aktivitasnya terhadap bakteri Propionibacterium acnes.
Research has been carried out on the effect of giving ethyl acetate fraction of citrus peel (Citrus japonica Thunb.) to the total cholesterol levels in male white rats (Rattus norvegicus). A total of 30 rats were divided into 6 groups, each group consisted of 5 rats consisting of the normal group, the negative group, the positive group, and the dosage group, namely a dose of 250 mg / kg, a dose of 500 mg / kg and a dose of 1000 mg / kg of body weight. The normal group was given NaCMC suspension and standard feed, the negative group was induced with high fat feed, was given standard feed and NaCMC suspension, the positive group was induced with high fat feed, was given standard feed and atorvastatin suspension, the treatment group was induced with high fat feed, was given standard feed and suspension fraction ethyl acetate rind of citrus fruit peel. The parameters observed were total cholesterol levels in the serum of male white rats which had been induced by a high-fat diet in the form of quail egg yolk. The measurement method used was Homogenous Assay using a reagent and a photometer (Mindray? BA-88A) at a wavelength of 510 nm. The data obtained were processed into the formula for percent reduction in total cholesterol levels then analyzed using one-way ANOVA (Analysis of Variance) followed by Tukey's Post Hoc test. The results showed that the ethyl acetate fraction of citrus fruit peel at 250, 500 and 1000 mg / KgBW had a significant effect (p <0.05) compared to the normal and negative group in reducing total cholesterol levels. In addition, the ethyl acetate fraction at a dose of 1000 mg / KgBW showed cholesterol-lowering activity which was not significantly different (p> 0.05) with the positive group given the antihyperlipidemic drug, namely atorvastatin.
Ketersediaan
Tidak ada salinan data
Informasi Detail
- Judul Seri
-
-
- No. Panggil
-
CDS1174
- Penerbit
-
Pekanbaru :
S1 Farmasi STIFAR Riau.,
- Deskripsi Fisik
-
-
- Bahasa
-
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
-
- Tipe Isi
-
-
- Tipe Media
-
-
- Tipe Pembawa
-
-
- Edisi
-
-
- Subjek
-
-
- Info Detail Spesifik
-
-
- Pernyataan Tanggungjawab
-
-
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas
Tidak Ada Data
Anda harus masuk sebelum memberikan komentar