SKRIPSI
Analisis Pengendalian dan Perencanaan Obat Analgetik Non Opioid dengan Kombinasi Metode ABC dan Konsumsi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Kota Pekanbaru Tahun 2022
Lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi, sehingga ketersediaannya merupakan indikator yang penting dirumah sakit, selain itu 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Mengingat besarnya kontribusi perbekalan farmasi dalam sumber pemasukan rumah sakit maka diperlukan pengelolaan yang efektif seperti kegiatan pengendalian dan perencanaan dengan kombinasi metode ABC dan konsumsi agar dapat diperoleh efisiensi dalam persediaan dan anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian dan perencanaan obat Analgetik Non Opioid dengan kombinasi metode ABC dan Konsumsi di IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yaitu berupa data pemakaian obat, data harga obat dan data sisa stok obat periode Januari-Desember tahun 2022 di IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Berdasarkan hasil analisis ABC nilai pemakaian didapatkan kelompok A terdiri dari 14 item obat (14,14%) dengan persentase nilai pemakaian (79,54%), kelompok B terdiri dari 16 item obat (16,16%) dengan persentase nilai pemakaian (15,11%) dan kelompok C terdiri dari 69 item obat (69,70%) dengan persentase nilai pemakaian (5,35%). Berdasarkan hasil analisis ABC nilai investasi didapatkan kelompok A terdiri dari 25 item obat (25,25%) dan menyerap anggaran sebesar Rp. 529.094.101 (79,95%), kelompok B terdiri dari 29 item obat (29,29%) dan menyerap anggaran sebesar Rp. 98.715.167 (14,92%) dan kelompok C terdiri dari 45 item obat (45,46%) dan menyerap anggaran sebesar Rp. 33.981.331 (5,13%). Berdasarkan perencanaan dengan metode konsumsi, didapatkan total anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan obat Analgetik Non Opioid kelompok A periode 2023 adalah sebesar Rp. 555.304.650. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa obat Analgetik Non Opioid kelompok A memiliki nilai pemakaian dan investasi paling tinggi, sehingga perlu diberi perhatian khusus agar terhindar dari kekosongan obat yang dapat menyebabkan kerugian bagi rumah sakit.
Tidak tersedia versi lain