SKRIPSI
Penentuan Total Fenolik, Flavonoid Dan Aktivitas Antioksidan Pada Tanaman Kangkung ( Ipomea reptans Poir ) Dengan Perawatan Ekstrak Tanaman Terfermentasi Dan Secara Konvensional
Penggunaan ekstrak tanaman terfermentasi (ETT) dan EMS (effective microorganism 5) pada kangkung organik diduga mampu meningkatkan senyawa antioksidan dibandingkan dengan kangkung konvensional yang ditanam oleh petani. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan ET dan EMS yang mampu meningkatkan kandungan fenolik, flavonoid serta aktivitas antioksidan. Sehingga dilakukan penelitian terhadap kangkung organik dengan perlakuan ETT buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), ETT daun sirsak (Annona muricata), EMS dan kontrol (air biasa). Peningkatan total fenolik terdapat pada kangkung organic dengan perlakuan kontrol (0,4857 ‡ 0,04 AGE mg/g) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan buah mahkota dewa (0,4490 ‡ 0,02 AGE mg/g), kandungan total flavonoid terjadi pada kangkung organik dengan perlakuan kontrol (0,3390 ‡ 0,01 KE mg/g), dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan EMS (0,3277 ‡ 0,00 KE mg/g). Uji aktivitas antioksidan, nilai ICso terendah metoda DPPH (2-2- difenil-1-pikrilhidrazil) adalah kangkung organik dengan perlakuan kontrol (15,3 ppm), persen hambatan untuk uji oksidasi asam linoleat adalah kangkung organic dengan perlakuan kontrol (75,3000% ‡ 3,46) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan organik lainnya, uji FRAP (Ferry Reducing Antioxidant Power) kangkung organik dengan perlakuan mahkota dewa (0,1360 ‡ 0,003 FeE mmol/100g) memiliki konsentrasi yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (0,1340 ‡ 0,005 Fe *2E mmol/100g), Sedangkan untuk total fenolik, total flavonoid serta aktivitas antioksidan yang terendah adalah kangkung yang ditanam secara konvensional oleh petani, ini disebabkan karena penggunaan pupuk dan pestisida sintetik yang diduga memiliki sifat oksidator yang dapat menurunkan kandungan senyawa antioksidan didalam kangkung.
Tidak tersedia versi lain